Tuhan, Pusat Kehidupanku

0
Ilustrasi - Kamar untuk isolasi diri selama pandemi covid-19. (Ist)

Minggu, 23 Juni 2024

Ayb. 38:1.8-11.
Mzm. 107:23-24,25-26,28-29,30-31.
2Kor. 5:14-17.
Mrk. 4:35-40.

SEGALA hal yang ada di dunia ini, segala sesuatu yang berjalan, dan proses kehidupan yang kita jalani, semuanya bersumber dari Tuhan.

Tuhan adalah pencipta kehidupan. Dia juga yang mengatur dan mengendalikan kehidupan serta seisinya; termasuk kehidupan manusia, mahkluk ciptaan-Nya.

Tuhan yang mengatur kehidupan ini. Dia bisa kita andalkan, hingga kita tidak perlu lagi khawatir akan masa depan kita; tidak perlu takut kala gelombang kehidupan menerpa perjalanan hidup kita. Karena segala sesuatunya pasti bisa dikendalikan oleh kuasa Tuhan.

“Kita harus belajar menyelami rencana Tuhan dalam hidup kita karena Dia empunya hidup kita sehingga Dia pula yang selalu mengendalikan kehidupan kita,” kata seorang bapak.

“Jika bukan karena Tuhan pasti saya sudah tidak hidup lagi, pada saat Covid-19 menerjang dua tahun lalu. Saya orang dengan komorbid, tiap sepekan dua kali aku ke rumah sakit untuk cuci darah. Karena belas kasih Tuhan, saya aman dan tidak terpapar; bahkan ketika isteri dan anak-anakku terkena Covid-19, saya aman.

Bagiku kejadian itu sungguh saya syukuri karena itu merupakan mukjizat perlindungan Tuhan yang diberikan kepadaku dan keluargaku. Dari peristiwa itu saya semakin percaya bahwa saya tidak perlu takut, Tuhan pasti peduli dan tidak membiarkan kita binasa,” kata bapak itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Pada waktu itu, Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”

Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam. Tenanglah.” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.”

Badai kehidupan dapat menimbulkan perasaan bahwa Tuhan jauh dan tidak mempedulikan kita. Ia seakan-akan diam, tak peduli, dan membiarkan kita mati-matian menghadapi badai.

Akhirnya dalam ketakutan kita merasa akan tenggelam dan binasa. Kepercayaan kepada Tuhan hilang karena ketakutan begitu kuatnya menguasai diri. Perhatian difokuskan pada badai permasalahan yang sedang berkecamuk, sehingga kita melupakan kehadiran Allah di tengah-tengah kehidupan.

Ketakutan yang berlebihan bisa membuat kita tidak bisa percaya kepada Tuhan yang menyertai kita. Fokus kita hanya pada masalah yang berkecamuk saja, bukan pada kuasa-Nya. Dalam badai sekeras apa pun, marilah kita percayakan hidup kepada-Nya. Tuhan selalu menyertai kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mengenali kehendak Tuhan dalam kekalutan hidupku?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version