Di pohon di tepi hutan, dilihatnya anak monyet dan ditembaknya. Tetapi monyet itu lari. Ia hanya tinggal punya satu peluru saja. Di dalam hutan, ia melihat ada ayam kalkun besar sedang bertengger di dahan tinggi di pohon.
Ketika ia hendak membidik, ada bisikan: “Berdoa dulu, tembak ke atas dan tetap fokus.” Sebelum dia sempat menembak, ia melihat seekor rusa yang akan memberi daging lebih banyak dari pada kalkun itu. Ia hendak menembak rusa itu. Tetapi tiba-tiba ia melihat ada ular berbisa merayap di dekat kakinya dan hendak memagutnya.
Spontan dia mengarahkan senapannya ke ular itu untuk menembaknya. Tetapi suara itu tetap berbisik: “Berdoa dulu, tembak ke atas dan tetap fokus.” Bapak itu memilih untuk mentaati bisikan Tuhan. Ia berdoa, mengarahkan senapannya ke atas dan menembak ayam kalkun itu. Peluru itu segera mengena di kalkun itu, terbelok karena mengenai tulang, keluar kembali dan mengena kepala kijang itu dan membunuhnya.
Hentakan senapan tua itu mendorong bapak itu ke belakang, kepala ular berbisa itu terinjak, sehingga ular itu mati. Bapak itu terjengkang dan tercebur di kolam. Ketika ia berdiri, ada ikan di kantung baju dan topinya. Sekarang ia punya ikan, rusa dan kalkun untuk memberi makan keluarganya dan kulit ular yang dapat dijualnya dengan harga mahal.
Pesan cerita ini: jadikan Tuhan yang utama dalam hidupmu; maka semua yang lain akan mengikuti. Berdoa dulu sebelum melakukan sesuatu, buat lah sasaran tinggi dalam tujuan hidupmu dan tetap berpusat pada Tuhan. Jangan biarkan orang atau peristiwa masa lalu membuat kita terhambat. Jangan mencari berkat dari manusia, tetapi carilah berkat hanya dari Tuhan saja.
Dengan kritis kita dapat bertanya, kalau kita mengikuti bisikan Tuhan, apakah pasti kita akan dapat rejeki berlimpah seperti itu? Pertanyaan yang lebih kritis lagi, bagaimana kita tahu yang mana bisikan atau kehendak Tuhan itu? Pertanyaan ini adalah pertanyaan orang yang mencari kepastian dalam bertindak.
Dalam cerita tadi, pemburu itu diminta untuk menembak kalkun dengan resiko kehilangan rusa dan dipagut ular berbisa. Kita dapat belajar dari para murid, kembali dari tugas mengajar dan menyembuhkan orang, kembali menjadi pengatur antrian orang-orang yang mau menghadap Yesus.
Mereka tidak kecewa dan pergi untuk ‘buka praktek’ sendiri sebagai penyembuh. Bagi mereka, bukan dapat apa yang penting; tetapi ada bersama Tuhan Yesus, guru mereka itu yang penting.
Hari ini kita belajar bahwa saat kerja, bersama keluarga, saat santai, saat beraktivitas sosial, Tuhan bersama kita. Semoga seperti para rasul kita juga belajar untuk selalu hidup bersama Yesus. Amin. (selesai)
MINGGU BIASA 16, B; 22 Juli 2012, Yer. 23: 1-6; Ef. 2:13-18; Mrk. 6:30-34