SEHARI setelah kelahiran Tuhan Yesus, Gereja merayakan kematian Stefanus. Dia dibunuh karena imannya akan Yesus. Pada akhir hidupnya dia berkata, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” (Kisah Rasul 7:57).
Ada dua hal menarik yang dapat direnungkan dari peristiwa ini. Pertama, kematian Stefanus diperingati sehari setelah kelahiran Yesus. Kedua, Stefanus mempersembahkan rohnya kepada Tuhan Yesus (Kisah Rasul 7:57).
Kematian Stefanus sebagai martir mengingatkan bahwa misteri kelahiran Yesus itu terkait dengan misteri kematian-Nya. Nyatanya, orang mencari tahu tentang pribadi Yesus dan asal muasalnya setelah mengalami kebangkitan-Nya dari kematian.
Sesungguhnya, kelahiran Yesus (inkarnasi) itu terkait dengan wafat dan kebangkitan Yesus. Merayakan natal tanpa mengingat wafat Yesus tidaklah lengkap. Sebaliknya, merayakan paskah (kematian dan kebangkitan Yesus) tanpa melihat kelahiran (inkarnasi) seperti ada yang hilang.
Ketiga, pada akhir hidupnya Stefanus mempersembahkan rohnya. Dia tidak mempersembahkan sesuatu yang lain. Semua yang kita miliki, terutama yang materi memang tidak berarti waktu kita mati. Yang tersisa adalah roh kita.
Pada akhir hidup nanti, hanya segala yang rohani dapat kita persembahkan kepada Tuhan. Dengan mengimani Yesus hingga mati, Stefanus memiliki hati yang lebih terlekat kepada Tuhan daripada kepada hal-hal dunia.
Tujuan hidup ini bukan segala yang duniawi, melainkan Tuhan. Yang akhirnya pantas dipersembahkan adalah hati dan jiwa. Mereka yang bertahan hingga akhir dalam perjuangan iman akan menang dan menerima anugerah hidup abadi.
Apakah kita sungguh setia kepada Tuhan Yesus hingga akhir hidup? Beranikah kita berkata di akhir hidup, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku”?
Selasa, 26 Desember 2023
Pesta Santo Stefanus, Martir
Alherwanta O.Carm