Kamis, 20 Februari 2025
Kej. 9:1-13
Mzm. 102:16-18,19-21,29,22-23
Mrk. 8:27-33
BANYAK orang dalam hidup ini, kita kenal hanya sebatas nama.
Kita tahu siapa dia, tetapi belum tentu mengenal pribadinya secara mendalam. Mestinya ketika kita benar-benar mengakui seseorang, misalnya, seorang sahabat, itu berarti kita memahami sifat, karakter, dan kepribadiannya, bukan sekadar mengetahui namanya.
Demikian pula dalam hubungan kita dengan Tuhan. Mengaku percaya kepada-Nya bukan sekadar mengenal nama-Nya atau sekadar tahu kisah-kisah tentang-Nya.
Pengakuan sejati berarti kita sungguh mengenal Tuhan, memahami kehendak-Nya, serta menerima Dia apa adanya, bukan menciptakan gambaran Tuhan sesuai keinginan kita sendiri.
Jika kita menciptakan Tuhan berdasarkan harapan pribadi, maka kita tidak sedang menyembah Tuhan yang sejati, melainkan ilusi buatan kita sendiri.
Suatu hari, seorang anak kecil pulang dari sekolah Minggu dengan wajah serius.
Ibunya penasaran dan bertanya, “Nak, hari ini belajar apa di sekolah Minggu?” Dengan penuh semangat, anak itu menjawab, “Hari ini kami belajar tentang siapa Yesus.”
Ibunya tersenyum, “Wah, bagus. Jadi, menurut kamu, siapa Yesus itu?” Anak itu berpikir sejenak, lalu berkata dengan percaya diri, “Yesus itu tukang servis.” Ibunya terkejut. “Tukang servis? Kok bisa?”
Anak itu menjelaskan, “Iya. Kakak pendamiping, bilang kalau hati kita rusak karena dosa, Yesus bisa memperbaikinya. Kalau kita sedih, Yesus bisa menghibur. Kalau kita tersesat, Yesus bisa menunjukkan jalan. Jadi, Yesus itu seperti tukang servis hati kita,” kata anak itu.
Meskipun terdengar lucu, jawaban Anak itu sebenarnya sangat dalam. Yesus memang datang untuk “memperbaiki” hidup kita, bukan hanya menyelamatkan dari dosa, tetapi juga membimbing, menguatkan, dan mengasihi kita.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Kata orang, siapakah Aku ini?”
Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Ia bertanya kepada mereka: “Tetapi apa, siapakah Aku ini?”
Banyak orang mungkin mengenal Yesus hanya sebatas informasi.
Mereka tahu bahwa Dia adalah tokoh besar dalam sejarah, guru yang bijaksana, atau bahkan sosok yang penuh kasih. Namun, mengenal Yesus secara pribadi jauh lebih dari sekadar mengetahui tentang Dia.
Petrus menjawab dengan iman: “Engkau adalah Mesias.” Ini adalah pengakuan bahwa Yesus bukan hanya seorang nabi, tetapi Anak Allah yang diutus untuk menyelamatkan dunia.
Pengakuan ini mengubah hidup Petrus, dan itu juga yang seharusnya terjadi dalam hidup kita.
Yesus tidak hanya ingin dikenal sebagai tokoh sejarah atau guru moral. Dia ingin kita mengenal-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat, sebagai Pribadi yang mengasihi dan menuntun hidup kita.
Bagaimana dengan diriku?
Siapakah Yesus bagiku?