Turbulensi Iman

0
Badai

Puncta 02 Juli 2024
Selasa Biasa XIII
Matius 8: 23-27

KETAKUTAN sangat mencekam pernah saya alami dalam penerbangan dari Pontianak ke Ketapang. Ketika lepas landas dari Bandara Supadio cuaca terlihat bagus.

Tetapi belum lama berada di udara, pramugari mengumumkan bahwa cuaca buruk. Kami diminta mengencangkan sabuk pengaman.

Pesawat menembus awan yang gelap dan tebal. Ada badai yang menghadang di depan. Tiba-tiba pesawat terhempas. Para penumpang teria-teriak ketakutan. Takbir bersaut-sautan karena situasi yang menakutkan.

Kami seperti sedang naik “Roller Coaster” yang diombang-ambingkan angin badai dan guntur yang menggelegar di udara. Kepanikan yang mencekam. Semua hanya bisa pasrah dan tak berdaya. Semua menyebut nama Allah mohon keselamatan.

Injil hari ini menggambarkan bagaimana para murid mengalami ketakutan yang luar biasa karena diterjang badai taufan di tengah danau, ketika mereka sedang berlayar bersama Yesus.

Dekat bersama Yesus ternyata tidak menjadi jaminan mereka merasa aman dan tentram.

Para murid panik, lalu membangunkan Yesus sambil berteriak: Tuhan, tolonglah kita binasa.”

Rupa-rupanya ketakutan dan kepanikan lebih menguasai mereka ketimbang kehadiran Yesus di dalam perahu itu.

Kehadiran Yesus belum bisa membuat iman mereka menjadi dewasa. Mereka masih dikuasai ketakutan dan kekawatiran dunia.

Iman yang belum dewasa inilah yang harus dibenahi lebih dahulu. Maka sebelum menghardik angin ribut Yesus mengingatkan mereka. ”Mengapa kalian takut, hai orang yang kurang percaya.”

Yang menjadi masalah bukan angin ributnya. Tetapi masalah ada di antara para murid yang kurang percaya. Mereka masih belum percaya pada kuasa dan kebesaran Tuhan, itulah masalahnya.

Maka Yesus sering berkata, “Percayalah pada Allah dan percayalah kepada-Ku.”

Mematangkan iman atau mendewasakan iman lebih penting daripada badai taufan yang menghadang.

Kalau ada iman, badai dan kesulitan apa pun tidak akan menggoyahkan. Kalau kita percaya, sebesar apa pun gunung bisa dipindahkan.

Maka jangan menunggu masalah datang baru mohon iman. Jangan menunggu ada kesulitan menghadang baru mohon pertolongan Tuhan.

Tetapi tumbuhkanlah percaya yang mendalam akan Tuhan, maka segalanya akan dapat diatasi dengan tenang, karena kita punya kepercayaan.

Cuaca panas di pinggir jalan,
Sangat enak minum air degan.
Mari kita mohon kekuatan iman,
Agar siap menghadapi kesulitan.

Cawas, tambahkanlah iman kami
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version