Sabtu, 23 Maret 2024
- Yeh. 37:21-28.
- MT Yer. 31:10,11-12ab,13.
- Yoh. 11:45-56.
MEMBENCI seseorang adalah satu di antara emosi negatif terkuat yang mungkin pernah kita rasakan. Itu membebani orang lain, dan juga membebani diri kita sendiri dengan perasaan buruk.
Saya selalu ingat bahwa kebencian tidak pernah meninggalkan kebaikan kepada siapa pun. Membenci orang karena warna kulit, agama, hubungan atau secara umum karena penilaian, adalah salah.
Tak hanya membenci orang lain, ada sebagian dari kita yang benci dengan diri sendiri. Sama halnya membenci orang lain, membenci diri sendiri juga tindakan keliru.
Kita diundang menghentikan kebencian untuk menyadarkan bahwa menyimpan kebencian dalam diri, kepada siapa pun dan terhadap apa pun, bukanlah hal baik. Kita harus segera menghentikannya agar hidup kita lebih tenang dan bahagia.
“Kamu jangan mudah menyalahkan orang lain. Kalau ada orang yang melakukan perbuatan buruk jangan langsung memusuhi,” kata seorang ayah kepada anak sulungnya.
“Karena tidak jarang ketika diri kita terusik, kita lebih mudah menyalahkan orang lain bahkan mencari kesalahan orang lain. Bukankah seringkali bukan orang lain yang berbuat salah dan keliru namun orang lain dianggap menjadi duri dalam daging karena menganggu kepentingan dan kenyamanan kita.
Tidak demikian seharusnya kita sebagai murid Kristus. Status sebagai murid Kristus ini mestinya membawa kita kepada penyucian diri dan mematikan segala kebencian. Hendaklah kita tidak memelihara kebencian terhadap orang lain karena hal itu akan membawa kita kepada puncak kebencian yang bisa bermuara pada pemikiran untuk merancang hal-hal yang jahat bagi orang lain,” urainya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: “Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?”
Sementara itu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi telah memberikan perintah supaya setiap orang yang tahu di mana Dia berada memberitahukannya, agar mereka dapat menangkap Dia.”
Kebencian tak mengenal status dan jabatan. Ketika kenyamanan pribadi terusik, jalan apa pun akan dilakukan untuk mempertahankannya. Di tengah kesungguhan umat untuk menyucikan diri dalam persiapan Paskah, para imam kepala justru bersepakat untuk menangkap dan merencanakan pembunuhan.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa pelayanan dan ibadah yang mereka lakukan hanyalah formalitas. Pelayanan dan mukjizat yang Yesus lakukan tidak meluluhkan kebencian mereka, malahan menjadi alasan kebencian itu.
Kebencian bisa dibersihkan dan diubah menjadi belas kasihan jika hati dan pikiran terbuka dan kita mau ditegur oleh kebenaran.
Marilah kita memohon kepada Tuhan agar dibersihkan dari kebencian dan dibentuk agar mau mengikuti teladan Kristus yang menghadapi kebencian dengan hati penuh belas kasihan. Mari kita perjuangkan hal itu, walau dengan susah payah dan air mata, karena kita adalah murid Kristus.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mau mengubah dan membersihkan hatiku dari rasa benci?