Maka para murid mengusulkan kepada Yesus, yang sedang melayani orang-orang itu, agar menyuruh mereka bubar saja dan pergi membeli makanan sendiri-sendiri. Tapi Yesus malah menyuruh murid-muridnya ikut bertanggung jawab memberi makan orang banyak itu. Sikap ini tampak jelas dalam Injil Yohanes. Di situ Yesus mulai menggugah perhatian Filipus, “Di mana kita bisa membeli roti supaya mereka dapat makan?”
Begitulah Yesus mengajak murid-murid melayani dan menyediakan makanan bagi orang-orang yang telah kena pesona para murid itu sendiri. Jangan orang-orang itu ditinggalkan dan dibiarkan sendirian setelah sukses dikecap. Kembalikan kepuasan kepada mereka!
Tentu saja tidak mudah. Filipus menghitung, uang dua ratus dinar takkan cukup buat orang sebanyak itu. Kita tahu, sedinar itu upah lazim satu hari kerja bagi pekerja biasa dan boleh jadi hanya cukup bagi satu keluarga dengan lima orang. Maka paling banter dengan dua ratus dinar hanya akan dapat disediakan makanan bagi seribu orang, bukan lima ribu! Masing-masing orang tak bakal mendapat sepotong kecil roti saja! Apa ini namanya memberi makan? Begitulah cara berpikir dengan angka-angka melulu. Hasilnya ialah angkat tangan menyerah.
Filipus bukan sebarang orang. Tokoh ini berasal dari Betsaida, kota pusat perdagangan ikan di tepi danau tempat peristiwa ini terjadi. Ia dulu dipanggil Yesus sendiri agar mengikutinya (Yoh 1:43-48). Ia kemudian mempertemukan Natanael dengan Yesus. Ia juga pernah diminta orang-orang “Yunani” (maksudnya, orang Yahudi yang berpendidikan modern) untuk memperkenalkan mereka kepada Yesus (Yoh 12:21).
Memang Filipus orang yang terpandang di masyarakat. Boleh jadi ia usahawan penting di kota pasar ikan itu. Dan dia itulah yang sekarang diminta Yesus memikirkan keadaan orang banyak. Tapi ia hanya bisa mengalokasi 200 dinar bagi konsumsi masa. Lalu apa mesti menghubungi relasi sana sini yang bisa membantu? Pada saat itu Andreas, seorang murid yang berasal dari Betsaida juga, tampil dengan sebuah pemecahan yang malah semakin tak masuk akal.
Pembaca perlu membiarkan diri dibawa Yohanes masuk ke dalam Injilnya. Seakan-akan Oom Hans kita ini berbisik, kalian tahu kan, Filipus dan Andreas bisa saja mengontak klien mereka di Betsaida dan tempat-tempat lain yang dengan senang hati akan menyiapkan lima ribu nasi bungkus! Hubungi mereka cepat-cepat pakai SMS, pasti beres deh! Kita makin diperkenalkan ke sisi-sisi manusiawi orang-orang yang diceritakan. Kita boleh jadi akan merasa rada kelabakan seperti Filipus.
Baru begitu kita akan mulai melihat bahwa Filipus mungkin belum betul-betul memperhatikan kebutuhan orang banyak yang telah terjaring ke situ. Ia memang sudah bisa memikirkan sisi finansial pengurusan paroki tapi belum sigap menanggapi kebutuhan umat yang ada di situ. Oom Hans ini tidak menyindir Filipus atau siapa saja, ia mengajak kita membaca kisahnya dengan humor dan melihat diri kita sendiri di mana. bersambung