PUNYA kemampuan menulis jelas dan baik itu merupakan sebuah anugerah besar, bukan sesuatu yang sia-sia. Kemampuan menulis mengandaikan orang bisa menata isi dan alur pikiran dan hasilnya menjadi cermin tingkat peradaban si penulisnya.
Orang menulis akan merasakan dua kali pengalaman ‘gagal-berhasil’. Pertama, tidak merasa dengan dengan rumusan tulisan yang pertama kali ‘lahir’ usai menulis naskah edisi pertama. Yang kedua, naskah edisi suntingan yang dia lihat kembali dan kemudian disunting ulang baik oleh si penulis sendiri maupun editor di luar dirinya.
Menulis membuat kita kaya dengan wawasan. Walaupun sudah mati, namun tulisan kita masih dapat dilihat dibaca orang lain.
Demikian pengantar singkat dan menarik ulasan Rektor UNIKA Widya Karya Malang Romo Albertus Herwanta O.Carm. Ia tampil menjadi nara sumber tunggal dalam program Pelatihan Menulis Renungan di Aula Kampus UNIKA Widya Karya, Minggu 16 September 2018.
Menulis konten renungan
Selanjutnya disampaikan soal seluk-beluk menulis renungan. Paparan ini dikemukakan agar kita paham esensi sebuah tulisan kategori renungan.
Menulis renungan berarti kita ingin memberi wawasan baru bagi diri sendiri dan orang lain. Untuk itu, kita perlu tahu esensi firman dan konteksnya. Juga tak kalah penting, akrab mesra dengan Sang Firman dan kemudian mengolahnya berdasarkan hasil pergaulannya. Barulah kemudian muncul keinginan untuk berbagi alias mewartakan,” terang imam Ordo Karmelit asal Pakem, DIY ini.
Berbagai tahapan
- Tahap persiapan menulis renungan meliputi kegiatan berikut ini. Persiapan jauh: mengumpulkan bahan, mempelajari bahan dengan mengolahnya untuk digunakan ilustrasi dan menyimpan dalam file diri sendiri/komputer untuk siap digunakan.
Menulis adalah sebuah eksplorasi, menggali, membongkar diri kita yang diterangi oleh Sabda. Hasil menulis ya tulisan, tidak bisa kita hanya mengatakan, “Kemarin aku mengikuti Pelatihan Menulis Renungan” tetapi tidak pernah menulis renungan maka itu berarti tidak ada hasil.
- Tahap pelaksanaan menulis dimulai dengan urutan teknis penulisan: Ide, frase, kalimat, paragraf dan satu renungan. Inti tulisan bisa satu konsep, pesan atau gagasan reflektif. Jenis tulisan dapat berupa narasi, deskripsi, argumentasi, kronologi, dan analisis.
Susunan tulisan berupa:
- Pembukaan yang berisi satu gagasan atau topik.
- Isi merupakan pengembangan dari gagasan pokok diuraikan, diberi contoh dan aplikasi.
- Penutup dari tulisan merupakan sebuah ringkasan dari pengembangan, penekanan akan topik.
Pelatihan Menulis Renungan ini diikuti oleh sekitar 30-an orangdari berbagai paroki di Dekenat Malang Kota dan beberapa partisipan dari luar Kota Malang.
Pengambilan tempat di Universitas Katolik Widya Karya Malang ini tidak terlepas dari niat mewujudkan pelaksanaan dharma ketiga dari Tridharma Perguruan Tinggi yakni Pengabdian kepada Masyarakat (UU No. 12 Tahun 2012).
Proses Pelatihan Menulis Renungan ini tidak berhenti pada ceramah oleh nara sumber melainkan juga tanya jawab antara nara sumber dan peserta. Namun juga dilanjutkan dengan diskusi dalam kelompok untuk mencermati ‘tulisan renungan’ yang sudah ada untuk dilihat bersama dan disempurnakan.
Hasilnya dipresentasikan sebagai buah diskusi.