Senin, 6 September 2021
Kol.1:24-2.3.
Mzm.62:6-7.9.
Luk. 6:6-11
JANGAN sembunyi di balik hukum untuk meneteramkan hati yang penuh kedengkian.
Hati yang dipenuhi kebencian akan membuat orang buta akan kebaikan orang lain.
Segala cara dilakukan supaya bisa menyalahkan orang yang dibencinya.
Bahkan aturan dimanipulasi supaya mendukung dan menyetujui kepicikan hati dan kebenciannya.
Seluruh pikiriannya dipenuhi hal-hal negatif dan prasangka buruk.
“Saya bersyukur, karena anak-anakku mengingatkan aku. Supaya tidak membalas perilaku kasar tetangga sebelah rumahku,” kata seorang bapak.
“Di perumahan kecil kami, tetangga bagiku adalah saudara dekat,” lanjutnya.
“Namun, mereka suka tidak bisa bertoleransi, menyalakan TV dengan volume keras, suka berkaraoke sampai malam. Banyak hal lain yang membuat kami sangat terganggu,” ujarnya.
“Saya beberapa kali mengeluhkan kondisi itu pada Pak RT. Namun setelah diperingatkan, bukannya mereda tapi malah menjadi-jadi,” ujarnya lagi.
“Akhirnya ada peristiwa yang membuat tentangga kami bisa mengenal kami lebih baik,” kenangnya.
“Waktu itu ada salah satu anggota keluarga mereka yang meninggal. Lalu saya sekeluarga datang melayat dan ikut membantu mereka, bahkan kami salurkan listrik dan air dari rumah kami,” lanjutnya.
“Tetangga kami yang awalnya sangat tidak bersabahat itu, berbalik menjadi ramah. Bahkan beberapa kali menyampaikan permohonan maaf dan terimakasih kepada kami sekeluarga,” ujarnya.
“Situasi batas dan dalam kesedihan yang mereka rasakan mendorong mereka untuk terbuka pada orang lain. Meski kami berbeda keyakinan, namun kami bukan musuh,” katanya.
Kebaikan akan meruntuhkan kebencian dan akan menarik kasih dan kerahiman Tuhan dalam hidup kita bersama.
Semakin kita berani mengasihi orang lain, kita akan semakin bahagia hidup bersama orang lain.
Hari ini dalam bacaan Injil, Yesus berkata kepada mereka: “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?”
Jelas sekali bahwa Yesus mengajak kita untuk berubah menjadi pencinta daripada pembenci.
Mengubah kepura-puraan menjadi kasih yang tulus.
Bagiamana dengan diriku?
Apakah hatiku sudah berubah menjadi hati yang penuh kasih?