MONSINYUR Robertus Rubiyatmoko tidak menduga akan bisa bertemu Bapak Antonius Agus Sriyono, Duta Besar Republik Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan. Beliau secara istimewa diundang datang oleh Bapak Duta Besar di Wisma Kedubes RI di Roma, Senin (3/7).
Hadir mendampingi kedatangan Mgr. Rubiyatmoko ke Kedubes RI untuk Vatikan adalah Romo Agustinus Purnama MSF, Romo Yohanes Gunawan Pr, Diakon Ambrosius Heri Krismawanto Pr, Diakon Yohanes Wahyu Rusmana Pr, Sr. Yosita CB, Fr. Benedictus Seprinanda Sudarto Pr, dan Fr. Deddy Saputra Pr.
Bagi Agus Sriyono pertemuannya dengan Mgr Rubiyatmoko tersebut merupakan ‘karya’ Roh Kudus. “Saya bersyukur hari ini bisa bertemu Bapak Uskup Agung Semarang yang baru. Ini sungguh karya Roh Kudus”, tutur Agus saat menyambut Mgr. Rubiyatmoko dan rombongan di ruang tamu Wisma Kedubes.
Ide pertemuan di Wisma Indonesia Kedubes RI untuk Vatikan itu muncul usai misa penerimaan pallium di depan Basilika St Petrus di Vatikan tanggal 29 Juni 2017 yang lalu.
Baca juga:
- Mgr. Robertus Rubiyatmoko ke Roma: Imam, Diakon, dan Frater Indonesia Ikuti Pemberkatan Pallium (1)
- Mgr. Robertus Rubiyatmoko Hadiri Forum REHAT di Roma (2)
“Jujur, saya tidak pernah menyopir sendiri ke Vatikan. Saat misa penerimaan pallium tanggal 29 Juni lalu, semua karyawan kedutaan libur Lebaran. Saya nekat menyopir sendiri didampingi isteri sebagai pemandu jalan untuk bertemu Mgr. Rubi. Padahal saya belum kenal dan belum tahu yang mana Mgr. Rubiyatmoko. Puji Tuhan, saya duduk bersebelahan dengan Diakon Wahyu sehingga saya bisa dikenalkan dengan Bapak Uskup KAS”, ujar Dubes Agus Sriyono didampingi isteri.
Membangun relasi
Dubes Agus juga memaparkan upayanya membangun relasi dengan para WNI yang tinggal di Roma. WNI yang di sekitaran Vatikan sebagian besar adalah para pastor dan suster. “Kami mendata ada 1.548 orang Indonesia yang ada di sekitaran Vatikan dan Roma. Mereka terdiri dari 1300-an suster dan 200-an pastor. Selama ini saya sudah mengunjungi 22 kongregrasi imam dan suster. Bahkan saya berkunjung sampai pukul 12 malam. Kami juga sering mengadakan acara dengan IRRIKA di Kedubes ini”, urai dubes yang berkumis ini.
Paguyuban Indonesia di Roma
IRRIKA adalah Ikatan Rohaniwan-Rohaniwati Indonesia di Kota Abadi. Forum ini merupakan wadah persaudaraan berdasarkan iman katolik dan cinta tanahair. Mulanya, tanggal 13 Februari 1955, para pastor dari Indonesia yang sedang studi di Roma membentuk paguyuban dengan nama IRIKA (Ikatan Romo-Romo Indonesia di Kota Abadi – Roma).
Para pendirinya adalah Pastor Jacobus Melsen O.Carm, Pastor Yustinus Darmojuwono Pr, Pastor Thaddeus Kirdi Dipojudo O.Carm, Pastor Mikael Mige Raya SVD dan Pastor Leo Soekoto SJ yang kemudian menjadi Uskup Agung KAJ.
Ketua pertama IRRIKA adalah Pastor Justinus Darmojuwono Pr yang kemudian menjadi Uskup Agung KAS dan menjadi Kardinal pertama Indonesia.
Saat itu semua imam itu sedang belajar di Roma.
IRIKA berpedoman pada sebuah AD/ART yang disahkan pada November 1955, berkembang dan menjadi terbuka untuk para suster, bruder dan frater. Maka, namanya berubah menjadi Ikatan Rohaniwan-Rohaniwati Indonesia di Kota Abadi (IRRIKA) – Roma.
Menjadi orangtua
Selain didampingi isteri, Pak Agus Sriyono juga didampingi para staf kedubes yang beragama Katolik, Kristen dan Islam. “Staf kami di sini sungguh ber-“Bhinneka Tunggal Ika”. Agamanya beranekaragam”, tutur Agus sambil memperkenalkan stafnya.
“Kami berdua di sini memerankan diri selaku ayah dan ibu bagi semua orang Indonesia yang tinggal di Vatikan, Roma. Kami sangat terbuka dan siap membantu para romo, suster, bruder dan frater yang berkarya maupun studi”, papar isteri Pak Duta Besar yang ramah dan grapyak ini.
Mgr. Rubi merasakan sapaan yang penuh kehangatan dari Duta Besar dalam kunjungan itu. Sekaligus belaiu juga mengungkapkan apresiasinya atas upaya-upaya Pemerintah Indonesia membangun relasi dengan Gereja Katolik dan Sri Paus.
Acara dilanjutkan dengan santap siang bersama dengan menu pembuka makan soto yang sudah disiapkan di meja. Lalu berlanjut menu hidangan lain secara prasmanan. Ada nasi, lontong, sayur, sate, pèyèk, krupuk, karedok, udang, ikan, es, dan buah-buahan.
Seusai makan, Mgr. Rubi dan rombongan diantar Pak Agus mengelingi kompleks kedubes dan kantor-kantor pelayanan. Ada seperangkat gamelan di aula, aneka fasilitas olah raga, taman yang asri dengan gazebo yang cukup besar, kolam ikan, tanaman sayuran dan bunga dalam pot yang terawat baik, dan sebuah prasasti Wisma Indonesia di dekat lambang Garuda Pancasila.
Prasasti itu bertuliskan info peresmian Wisma Kedubes. Wisma itu diresmikan pada 28 Oktober 1983 oleh Bapak Drs. R. Toto P. Supradia, Duta Besar RI untuk Tahhta Suci waktu itu.