Home BERITA Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko: Buku Agenda Liturgi Monsinyur Brengosan (2)

Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko: Buku Agenda Liturgi Monsinyur Brengosan (2)

0
Uskup Agung KAS Terpilih Mgr. Robertus Rubiyatmoko. (Ist)

KALAU mau mencari sesuatu yang khas pada Mgr. Ruby, maka tentu secara spontan akan tertunjuklah brengos– (kumis tebal)-nya yang menawan dan mempesona. Bukan tidak mungkin, setelah ini julukan ‘Mgr. Brengos’ akan tersematkan pada beliau. Itu karena setahu saya, satu-satunya uskup yang masih suka  ngopeni (memelihara) kumis adalah Mgr. Ruby ini. Kecuali misalnya,  kalau nantinya Roh Kudus telah meniupkan api cinta kasih-Nya sehingga beliau bersedia mencukur brengos kebesarannya ini.

Saya mengenal  Mgr. Ruby dengan baik, karena beliau telah sekian lamanya menjadi romo pembimbing rohani saya.  Bagi seorang frater calon imam, beliau bak seorang bapak yang senantiasa mau menunggu untuk mendengarkan cerita anaknya yang lama tak pulang setelah berkelana. Sudah terlalu banyak waktu yang telah saya habiskan untuk berbagi pergulatan, juga berbagi keluh kesah, atau kadang juga sedikit-sedikit berbagi pengalaman sukacita dengan Mgr. Ruby. Dan itu sudah berjalan  kurang lebih selama tujuh tahun terakhir ini.

Baca juga:

Balada brengos

Ketika tanggal 18 Maret 2017, tepat pukul 18.00 WIB laluke, beliau secara resmi diumumkan telah terpilih sebagai Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS), mungkin saya adalah satu dari sekian banyak orang yang sangat bergembira.  Saya sampai tidak bisa tidur;  seakan tidak bisa percaya akan kabar bungah tersebut.

Itu karena brengos-nya yang tampaknya malah menandakan sifat-sifat kebalikan dari seorang uskup.  Nah, silakan coba ditelaah sendiri deh bagian ini.

Buku agenda

Selain brengos-nya yang rupawan, satu hal yang tampaknya tak lepas dari tatapan mata anak-anak rohani beliau adalah buku agenda (liturgi). Buku itu selalu dibawanya untuk mencatat kegiatan dan jadwal bimbingan rohani.

Bimbingan rohani adalah secuil dari sekian kegiatan beliau sebagai seorang vicarius iudicial, dosen, pembimbing skripsi, staf seminari, dan kegiatan-kegiatan lain turunannya. Di tengah segala kesibukan ini, beliau selalu rajin mengagendakan jadwal  bimbingan bagi para frater yang menjadi anak-anak rohaninya.

Ini by request, karena maklumlah, fans beliau memang banyak. Jadi slot atau jatah anak bimbingan rohani bisa bercakap-cakap bersama beliau selalu habis. Dan, anehnya, para frater yang menjadi anak-anak rohaninya  adalah anak-anak pesakitan, buronan, atau yang butuh banyak perhatian. Karenanya,  saya menjadi maklum kalau sekarang beliau tertunjuk menjadi uskup. Itu karena hanya ‘orang saleh’ yang mampu menghadirkan Roh Kudus dengan berlimpah-limpah bagi kami yang hina-dina ini.

Buku agenda rohani

Suatu hari, saya lupa atau saya salah menulis jadwal di buku agenda saya.  Itu terjadi, ketika saya sedang asyik menerima tamu dari pendamping misdinar. Ketika semua itu masih berlangsung, tiba-tiba Mgr. Ruby dengan santai sembari lewat di depan saya, lalu berkomentar begini: “Heh bimbingan rohani!”.

Namun, hal itu beliau katakan dengan nada agak nylekethe (gurauan dengan sedikit nada ngejek tapi canda semata) yang membuat saya lebih ingin tertawa daripada harus merasa takut atau terintimidasi.

Itu saja perkataan beliau. Namun, di akhir tawa, saya menjadi sadar bahwa saya memang telah lala. Atau, mungkin saya telah terlalu asyik menerima tamu sehingga kesempatan bimbingan rohani jadi terlewatkan. Maka, segera mak-klepat saya lalu lari ke kamar beliau dan sembari minta maaf karena keterlambatan ini.

Saya sudah kepikiran akan dimarahi, namun beliau dengan masih dengan nada bercanda justru berkata: “Hasyah, njenengan itu menerima tamu sampai lupa waktu, apalagi tamunya cewek cantik-cantik. Tapi, gak apa-apa, kalau gak seperti ini, tidak ada bahan obrolan di antara kita.”

Saya jadi merasa tenang sekali, dan memang merasakan aura seorang Bapak. Namun, karena peristiwa itu, saya jadi sadar untuk selalu menjadikan bimbingan rohani sebagai saat-saat yang penting, tidak boleh lupa dilupakan dan selalu dipersiapkan dengan baik.

Mgr. Ruby, bapa pembimbing rohani, yang baik hati, yang selalu identik dengan buku agenda (liturgi) ini. Terakhir saya masih berhasil menemui  beliau sebagai pembimbing rohani di bulan Februari lalu. Dan kini meski sudah tertunjuk sebagai Uskup Agung KAS Terpilih, tapi beliau tetap tidak berubah, beliau juga tidak pergi dari Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta.

Beliau sekedar telah diangkat menjadi Uskup, menjadi gembala suci bagi umat Keuskupan Agung Semarang (KAS). Barangkali tidak pernah ada istilah ‘bimbingan rohani’ lagi antara saya dan beliau, karena di hari depan, istilah ini berganti menjadi colloqium (wawancara rohani) antara seorang calon imam dan seorang Uskup.

Mgr. Ruby, kini saya kehabisan kata-kata karena kesukacitaan ini.

Semoga Mgr. Ruby senantiasa dianugerahi sehat dan sejahtera. Semoga tidak ada Panadol Merah yang ditenggak dua butir sehari hanya demi mengobati vertigo yang menjadi-jadi, karena Berkat Tuhan melimpah untuk Mgr. Ruby, Uskup dan pembimbing rohani kami.

Proficiat dan terima kasih untuk segalanya. Berkah Dalem.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version