Para Ibu dan Bapak, Para Suster, Bruder, Frater, Rekan-rekan Imam Kaum muda, Remaja dan Anak-anak yang terkasih dalam Kristus,
Pada Hari Rabu Abu, 14 Februari 2024 yang akan datang, kita akan memasuki masa Prapaskah.
- Masa Prapaskah adalah waktu khusus, waktu untuk mensyukuri kasih Allah yang begitu besar kepada kita; waktu untuk menyadari diri kita di hadapan Tuhan dan kembali ke jati diri kita sebagai murid-murid Yesus.
Masa Prapaskah akan bermuara pada Pekan Suci, saat kita diajak untuk mengikuti Yesus memasuki hari-hari terakhir hidup-Nya di dunia ini, menjalani sengsara, wafat demi kasih-Nya yang begitu besar kepada dunia dan akhirnya bangkit dari antara orang mati.
Agar kita dapat merasakan kasih Allah kepada kita dan kepada dunia, salah satu syarat yang menentukan adalah pengenalan akan jati diri kita yang benar di hadapan Tuhan.
2. Jatidiri kita yang benar itulah yang dinyatakan kepada kita dalam kutipan-kutipan Kitab Suci yang kita dengarkan pada hari ini. Kita adalah murid-murid Yesus yang hati-Nya selalu tergerak oleh belas kasihan ketika melihat penderitaan orang (Mrk 1:40-42).
Kita dinasehati oleh Santo Paulus “Jadilah pengikutku sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” (1 Kor 11:1). Itu berarti kita diajak untuk melakukan segala sesuatu, apa pun itu, “demi kemuliaan Allah” (1 Kor 10:31).
Dengan demikian, warta kasih Allah semakin tersebar luas (Mrk 1:43-45).
Saudari-saudara terkasih,
3. Sabda Tuhan itu dapat menjadi inspirasi untuk mendalami dan mewujudkan aksi nyata semangat solidaritas dan subsidiaritas yang menjadi perhatian khusus kita sebagai umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) pada tahun 2024 ini.
Tema ini tidak dapat dipisahkan dari tema Arah Dasar KAJ tahun-tahun sebelumnya, yakni hormat terhadap martabat manusia (2022) dan kesejahteraan bersama (2023).
Solidaritas dan subsidiaritas adalah cara bertindak untuk menciptakan kesejahteraan bersama yang dilandaskan pada rasa hormat terhadap martabat manusia yang luhur.
4. Solidaritas adalah ikatan-ikatan yang mempersatukan semua orang dan kelompok- kelompok sosial satu sama lain; ruang yang diberikan bagi kebebasan manusia demi perkembangan bersama, tempat semua orang berbagi dan berperan serta.
Prinsip solidaritas menunjukkan sifat sosial setiap pribadi manusia, kesetaraan semua orang dalam martabat dan hak-haknya, serta jalan bersama individu-individu dan bangsa- bangsa menuju kesatuan (bdk. Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, 2009: 131-135).
Santo Yohanes Paulus II menyatakan bahwa solidaritas merupakan ketetapan hati yang kokoh untuk membaktikan diri demi kesejahteraan bersama; artinya demi kebaikan semua orang dan setiap individu, karena kita semua bertanggungjawab untuk semua orang.
Solidaritas menyiratkan keberpihakan kepada saudari-saudara kita yang miskin dan kurang beruntung lewat tindakan individu maupun inisiatif kolektif untuk menciptakan struktur sosial, politik, ekonomi yang lebih adil dan bersaudara (Sollicitudo Rei Socialis, No.38)
5. Sementara itu, arti dasar “subsidiaritas” adalah memberi bantuan. Prinsip subsidiaritas menjelaskan tugas dari tingkat yang lebih tinggi untuk membantu tingkat yang lebih rendah bila diperlukan.
Prinsip ini menyatakan bahwa komunitas pada tingkat yang lebih tinggi tidak boleh mengambil alih tugas dan kewenangan komunitas pada tingkat yang lebih rendah (Katekismus Gereja Katolik, No 403). Prinsip subsidiaritas mengakui bahwa setiap orang bertanggungjawab dan berhak menentukan nasibnya sendiri.
Hal yang sama juga berlaku untuk lembaga atau komunitas. Selama tanggung jawab mampu diemban dengan baik oleh seorang individu atau sebuah lembaga, individu atau lembaga lain pada posisi lebih tinggi tidak boleh campur tangan atau pun mengambil alih tanggung jawabnya.
Prinsip ini melindungi orang dari penyalahgunaan wewenang oleh individu atau lembaga yang lebih tinggi. Subsidiaritas mewajibkan individu atau lembaga yang lebih tinggi untuk membantu individu atau lembaga di bawahnya agar dapat memenuhi hak-hak dasarnya sebagai manusia yang bermartabat. Paus Benediktus XVI menyatakan bahwa subsidiaritas pertama-tama adalah bantuan yang diberikan ketika individu- individu dan subjek sosial tidak mampu melakukannya sendiri (Caritas in Veritate, No. 57).
Saudari-saudara terkasih,
6. Kita bersyukur Masyarakat Indonesia mempunyai sifat kedermawanan yang tinggi. Menurut satu lembaga peneliti internasional (Charities Aid Foundation), selama enam tahun berturut-turut, sejak tahun 2018 sampai dengan tahun 2023 Indonesia adalah negara yang paling dermawan di antara banyak negara yang diteliti oleh lembaga tersebut (detikFinance, 22 November 2023).
Selain itu, Masyarakat Indonesia juga mempunyai semangat solidaritas dan ikatan sosial yang kuat. Ikatan sosial adalah kemampuan masyarakat untuk menyatu, menciptakan lingkungan yang aman, dan terjaminnya pemenuhan kebutuhan hidup bagi anggotanya.
Menurut penelitian (Litbang Kompas kompas.id, 7 Juni 2021), tingkat ikatan sosial antar warga tergolong baik (73,4 persen), toleransi antar warga juga baik (81,9 persen). Solidaritas sosial menjadi identitas yang dimiliki bangsa Indonesia sejak lama.
7. Kita juga ingin mengapresiasi capaian-capaian pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan bersama, khususnya di bidang sosial-ekonomi sebagaimana ditunjukkan dalam angka-angka oleh Badan Pusat Statistik. Namun pertumbuhan ekonomi ini tidak dibarengi dengan pembagian yang adil. Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk masih cukup tinggi.
Berdasarkan distribusi pengeluaran, orang miskin (40 persen terbawah) hanya kebagian 18,05 persen sedangkan orang kaya (20 persen teratas) mendapat bagian 46,71 persen. Pertumbuhan ekonomi juga tidak berbanding lurus dengan perbaikan kondisi ekonomi rakyat. Biaya hidup meningkat, masyarakat semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
Dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan angkatan kerja masih tetap lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan lapangan kerja (Kompas, 22 Desember 2023).
8. Di samping masalah ketidakadilan, kemiskinan dan pengangguran, kita juga sangat prihatin dengan masalah korupsi di Indonesia yang semakin memburuk. Ini terlihat jelas baik dari berita-berita yang setiap hari kita dengar dan saksikan, maupun dari lembaga-lembaga yang meneliti masalah korupsi ini.
Saudari-saudara terkasih,
9. Tepat pada hari Rabu Abu yang akan datang Indonesia akan melakukan Pemilihan Umum, untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, serta anggota Dewan Perwakilan Daerah. Kita berharap pemimpin-pemimpin yang akan kita pilih adalah pribadi-pribadi yang sungguh bekerja untuk kesejahteraan bersama.
Semangat solidaritas dan subsidiaritas sudah seharusnya menjadi dasar dalam membangun Bangsa Indonesia agar tetap bersatu mengupayakan masyarakat adil, makmur, sejahtera dan damai dengan terus menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, penegakan hukum dan hak-hak asasi manusia.
Saya berharap Umat Katolik dapat memilih calon-calon pemimpin baru yang memenuhi kriteria seperti yang disampaikan oleh para Uskup Konferensi Waligereja Indonesia, yakni memegang teguh Pancasila dan UUD 1945, menghormati kebhinekaan, memiliki integritas, mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau golongan, mempunyai keberpihakan kepada kaum kecil-lemah-miskin-tersingkir- difabel, memiliki rekam jejak yang terpuji, menjunjung tinggi martabat manusia dan menjaga keutuhan alam ciptaan (Pesan Sidang KWI 2023: Berjalan Bersama Menuju Indonesia Damai, Jakarta, 14 November 2023).
Perbedaan pilihan hendaknya tidak memecah belah Umat Katolik; khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Saudari-saudara terkasih,
10. Sebagaimana sudah disebutkan, kita patut bersyukur masyarakat kita memiliki keutamaan-keutamaan luhur yang sudah hidup sejak lama; seperti kedermawanan, ikatan sosial dan semangat solidaritas yang tinggi. Namun di lain pihak kita juga masih menghadapi masalah-masalah ketidakadilan, kemiskinan, pengangguran dan korupsi. Kendati demikian, sebagai umat beriman kita tetap mempunyai harapan seraya terus mengupayakan apa yang dapat dilakukan untuk kesejahteraan bersama. Kita perlu menemukan cara-cara yang kreatif-inovatif untuk dapat terlibat dalam memperkuat solidaritas dan subsidiaritas guna menciptakan kesejahteraan bersama.
11. a. Bagi Umat Katolik yang terjun dalam bidang politik dan sosial kemasyarakatan, saya mendorong anda untuk ikut terlibat aktif dan tidak takut untuk memperjuangkan nilai-nilai keadilan, solidaritas dan subsidiaritas untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Sebagai Warga Negara Indonesia, keterlibatan aktif umat Katolik dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kesejahteraan banyak orang dihargai. Sejauh memungkinkan, keterlibatan ini bisa dilakukan mulai dari struktur masyarakat yang paling bawah RT/RW atau komunitas sekitar tempat tinggal hingga tingkat daerah dan nasional.
11. b. Inisiatif-inisiatif aksi nyata untuk mengurangi kesenjangan dan menciptakan lapangan kerja perlu terus dicari dan dikembangkan. Saya mendukung inisiatif dan usaha-usaha pengembangan ekonomi kerakyatan misalnya Koperasi, Credit Union, SABUK (Sentra Bimbingan Usaha Kecil), Ayo Kerja, Gerakan Ketahanan Pangan.
11.c. Inisiatif-inisiatif lain dapat pula dilakukan seperti edukasi kesehatan mental, konseling, partisipasi dalam pencegahan stunting bekerjasama dengan Puskesmas atau Dinas Kesehatan, pemberian bantuan karitatif kepada saudari-saudara kita yang sungguh-sungguh membutuhkan dan inisiatif-inisiatif lain dengan menjawab pertanyaan “Apa yang harus kita lakukan untuk memperkuat semangat solidaritas dan subsidiaritas guna menciptakan kesejahteraan bersama?”
12. Akhirnya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para Ibu dan Bapak, Saudari dan Saudara, Kaum Muda, Remaja dan Anak-anak, para Suster, Bruder, Frater dan para Imam di KAJ yang dengan berbagai cara telah berupaya untuk menampakkan wajah Allah yang berbelas kasih dan bersolider bagi sesama melalui aneka keterlibatan dan pelayanan.
Kita berharap berbagai inisiatif yang kita jalankan khususnya selama masa Prapaskah, terus dapat menjadi sumbangan kita untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, wujud nyata keselamatan. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda semua, keluarga dan komunitas Anda. Bunda Maria dan Bapa Yusuf doakanlah kami.
Uskup Keuskupan Agung Jakarta
Ignatius Kardinal Suharyo