HARI Sabtu tanggal 18 Desember 2021 waktu Roma, Tahta Suci merilis informasi tentang aturan-aturan baru untuk membatasi praktik mempersembahkan misa “gaya lama” menurut Tradisi Misa Latin Tridentin.
Melalui aturan-aturan baru yang dirilis oleh Kongregasi (baca: Departemen) Ibadat Ilahi dan Disiplin Sakramen Tahta Suci ini, Vatikan ingin memberi jawaban dan keterangan atas sejumlah pertanyaan yang diajukan beberapa pihak berkaitan dengan terbitnya motu proprio dengan titel Traditionis Custodes tertanggal 16 Juli 2021 lalu.
Misa berbahasa Latin Tridentin
Traditionis Custodes itu antara lain melarang para pastor memakai rumus misa pra Konsili Vatikan tahun 1962 yang dikenal dengan istilah “Misa Tridentin”.
Yang menarik, justru Paus Benedictus XVI melalui Surat Apostolik Summorum Pontificum (2007) malah pernah memberi kelonggaran kepada para pastor boleh merayakan misa dengan berpedoman pada “tradisi lawas” tahun 1962 dengan memakai bahasa Latin.
Dalam paparannya kepada publik, Kongregasi Ibadat Ilahi dan Disiplin Sakramen mengakui pihaknya telah menerima sejumlah pertanyaan dan permintaan klarifikasi dari pihak Vatikan tentang apa yang seharusnya dilakukan para imam berkaitan dengan mempraktikkan “ajaran” Traditionis Custodes.
Responsa ad dubia
Mereka mengistilahkan pertanyaan dan klarifikasi itu sebagai responsa ad dubia – jawaban-jawaban untuk mengurai keraguan.
Setidaknya ada 11 perkara yang bernuanasa baik negatif dan positif tentang hal-hal yang dianggap masih “abu-abu” tersebut.
Menurut Uskup Agung Mgr. Arthur Roche dalam kapasitasnya sebagai Kepala Kongregasi Ibadat Ilahi dan Disiplin Sakramen Vatikan, paparan tentang aturan-aturan yang lebih ketat ini sengaja dirilis agar tidak terjadi “perpecahan” di dalam tubuh Gereja.
Paparan ini sudah dia alamatkan kepada semua Ketua Konferensi Wali-wali Gereja di masing-masing negara.
Tujuannya agar tetap menjaga “communion” di dalam tubuh Gereja karena teks misa mau tidak mau juga harus diselaraskan dengan semangat Konsili Vatikan II.
Aturan baru itu menyangkut antara lain bahwa penerimaan Sakramen-sakramen tidak boleh lagi dipraktikkan dengan ritus liturgi “tradisi lawas” berdasarkan buku Rituale Romanum dan Pontificale Romanum yang terbit sebelum Konsili Vatikan II.
- Pontificale Romanum memuat sejumlah ritual liturgis yang biasa dilakukan oleh uskup.
- Rituale Romanum termasuk salah satu buku misa resmi yang biasa dipakai oleh para imam dan diakon untuk prosesi liturgi yang sekarang tidak ada lagi di buku panduan misa terbaru.
Menurut Vatikan, Uskup lokal bagaimana pun tetap diizinkan memberi kelonggaran atas dipakainya rumusan misa dalam Rituale Romanum produksi tahun 1952.
Namun hanya untuk keperluan-keperluan sangat khusus -sesuai nafas semangat Traditionis Custodes tahun 2021- di mana dipakai buku Missale Romanum produksi tahun 1962.
Batasan dalam aturan baru ini dirilis untuk bisa membangun kembali keutuhan Gereja dalam kesatuan yang sama dalam menggunakan rumusan doa-doa liturgi.
Non parokial
Salah satu perubahan yang dirilis Paus Fransiskus dalam Traditionis Custodes-nya itu adalah kewajiban harus menaati aturan bahwa misa khusus itu hanya boleh dilakukan secara “istimewa” di bilik-bilik ruang ibadat non parokial. Taruhlah itu seperti di kapel-kapel biara atau tempat lainnya.
Kalau pun itu boleh dilakukan di gereja parokial atas dispensasi khusus, maka misa khusus ini hanya boleh “terjadi” di antara kelompok terbatas dan tidak boleh dihadiri secara publik untuk khalayak umat beriman lainnya.
Vatikan dengan tegas mengatakan, kalau dispensasi ini dilanggar, maka Uskup harus dengan secepatnya melarang praktis “misa khusus” dengan jumlah anggota khusus itu agar tidak diteruskan.
Sumber: Vatican News dan CNA.