SIAPA mengira, Đà Lạt atau sering tertulis Dalat punya histori panjang tentang akar tumbuhnya sejarah Proklamasi Kemerdekaan RI. Dari Ibukota Propinsi Lam Dong di Vietnam inilah, para Bapak Pendiri Bangsa antara lain Soekarno, Hatta, dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat harus buru-buru terbang ke Dalat untuk menemui Marsekal Terauchi—Panglima Pasukan Jepang di Asia Tenggara—hanya untuk satu urusan penting: menerima “kabar gembira” tentang kemungkinan Jepang kalah dalam Perang Asia Timur Raya.
Tentu, bukan sembarang melawat hingga para tokoh pendiri bangsa itu “dolan resmi” ke Da Lat, sekitar empat jam perjalanan darat dari Saigon atau Ho Chi Minh City. Dari Marsekal Terauchi itulah, ketika tokoh pergerakan nasional menuju kemerdekaan RI itu mendapat kepastian: kemerdekaan RI sudah di ambang pintu.
Bagi mayoritas orang Indonesia, Dalat tentu saja bukan hanya sekedar “kota revolusi” darimana gegap gempita para tokoh nasional Indonesia kian menggebu menggelorakan semangat kemerdekaan RI. Lebih dari itu, Da Lat adalah magnit besar untuk Vietnam yang mampu membetot minat turis manca negara mengunjungi kota wisata terindah sekitar 300 km di Timur Laut dari Saigon ini.
Sejuk dan bersih
Tak heran, mengapa Panglima Pasukan Jepang Marsekal Terauchi tinggal menetap di Da Lat selama berlangsung Perang Asia Timur Raya. Sebagai kota tujuan wisata di kawasan pegunungan, Da Lat tentu saja tidak hanya menyuguhkan udara bersih dan hawa sejuk di dataran tinggi dengan kisaran 1.500 meter di atas permukaan laut ini.
Dalat masa kini juga menyuguhkan panorama alam fantastik, selain tentu saja juga jalanan dan fasilitas wisata yang bersih dan tertata. Dataran Tinggi Langbiang menjadi daya tarik tersendiri di Ibukota Provinsi Lam Dong ini.
Suasana Da Lat di sepanjang telaga ini nyaris seperti kawasan wisata di Sarangan, Kabupaten Magetan di Jawa Timur dimana para wisatawan bisa berlayar menyusuri telaga dengan perahu-perahu berpedal kayuh. Sementara di sepanjang sisi telaga, ratusan muda-mudi biasa menikmati suasana menjelang malam dengan obrolan mesra.
Ketika Matahari sudah terbenam, kawasan ini menjadi ramai oleh lalu-lalang para pejalan kaki sembari menikmati pendaran sinar dari kafe-kafe yang menjamur di tepi badan jalan di sepanjang 12 km menyusuri bibir telaga ini.
Da Lat memang tak hanya menyuguhkan embusan hangin segar dan udara nan sejuk sepanjang tahun. Dengan kisaran suhu 15C dan menjadi lebih dingin pada bulan-bulan November-Desember-Januari-Februari, Da Lat menjadi tujuan wisata paling dekat setelah Vungtau dan Saigon.
Dalat bisa ditempuh dengan perjalanan darat selama kurang lebih empat jam dengan jasa layanan transpotasi berbagai jenis bus patas yang tersedia di kawasan DheTham Street di jantung bisnis wisata Saigon. Layanan ini dibuka sejak pukul 07.00 waktu setempat hingga menjelang tengah malam, ketika rombongan bus terakhir meninggalkan Saigon menuju Dalat pada pukul 00.15 waktu setempat.
Ongkos tiket untuk jasa transportasi bus patas ini adalah 180 ribu Vietnam Dong atau sekitar Rp 90 ribu rupiah.
Link:
- Vietnam dalam Tiga Pekan: Bukit Cinta Langbiang di Da Lat (2)
- Vietnam dalam Tiga Pekan: Cinta 5.000 Dong Gadis Hanoi di Da Lat (3)
- Vietnam dalam Tiga Pekan: Gereja Katolik Keuskupan Da Lat Terlalu Indah Dilupakan (6)
- Vietnam dalam Tiga Pekan: Katedral Ayam, Jejak Gereja Katolik di Da Lat (5)
Mas, boleh minta itenarynya untuk ho chi min city? Kemudian kalau lanjut jalan enakan ke hanoi atau ke kamboja? Makasi infonya, mas.. Sekalian minta tips2nya yaa