Home BERITA Wajib Menolong

Wajib Menolong

0
Ilustrasi: Menolong sesama.

Puncta 24.10.22
Senin Biasa XXX
Lukas 13:10-17

KITA sering menjumpai langsung kecelakaan lalu lintas. Korban tergeletak dengan darah bercucuran.

Ada orang baik yang langsung menolong dan membawanya ke rumah sakit. Ia bukan siapa-siapa, bukan saudara atau warisnya, kenal pun tidak. Ia hanya tergerak untuk menolong supaya korban ini segera tertangani.

Namun pihak rumah sakit minta siapa penanggungjawab korban ini. Si penolong ini juga tidak tahu keluarga korban, tidak tahu alamatnya. Tidak ada yang bisa dihubungi.

Lalu bagaimana jika pihak rumah sakit tidak mau menangani pasien ini kalau tidak ada keluarga korban yang mendampingi? Karena lama menunggu kepastian keluarganya, pasien ini akhirnya meninggal.

Dalam keadaan darurat, rumah sakit di mana pun wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.

Fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 32 Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.

Artinya fasilitas kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib melakukan tindakan penyelamatan demi nyawa pasien.

Korban kecelakaan lalu lintas dapat dikategorikan sebagai peristiwa dalam keadaan darurat yang butuh tindakan medis secepatnya.

Oleh karena itu, fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan pelayanan dalam bentuk tindakan medis tanpa memandang ada atau tidaknya keluarga pasien yang mendampingi saat itu.

Kadang kita terlalu kaku pada aturan-aturan yang rumit dan berbelit-belit sehingga pasien tak segera ditolong karena urusan administratif.

Dalam perikope Injil hari ini, Yesus menghadapi hal yang mirip kasus di atas. Yesus sedang mengajar di rumah ibadat pada hari Sabat.

Ada seorang perempuan yang sudah delapanbelas tahun dirasuki roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri.

Yesus langsung menyembuhkan ibu itu. seketika itu juga berdirilah perempuan itu dan memuliakan Allah.

Kepala rumah ibadat gusar karena Yesus melakukan itu pada hari Sabat. Hari Sabat adalah hari libur yang melarang orang melakukan pekerjaan apa pun.

Kepala rumah ibadat menunjukkan norma-norma Yudaisme dengan penafsiran yang ketat atas hukum Taurat. Dia tidak berbicara secara langsung, tetapi dengan pernyataannya dia menyalahkan tindakan Yesus.

Kepala rumah ibadat hanya mengetahui peraturan-peraturan. Yesus mengetahui pengecualian dari peraturan dan kapan menggunakan perkecualian itu.

Mengapa perempuan ini tidak boleh disembuhkan pada hari Sabat kalau dalam Hukum Taurat mengatur agar hewan-hewan dilepaskan supaya tidak kehausan?

Yesus tidak hanya menyatakan bahwa penyembuhan itu diperbolehkan; Dia menegaskan bahwa penyembuhan itu merupakan suatu kewajiban.

Kita wajib menyelamatkan nyawa seseorang daripada terbelenggu oleh aturan-aturan. Manakah yang utama dilakukan? Nyawa orang atau taat aturan?

Ke Tritis dengan WKRI Ungaran,
Dilanjut healing di pantai Ngobaran.
Jangan kaku dengan aturan-aturan,
Aturan dibuat demi kesejahteraan.

Cawas, lebih baik menolong daripada diam…

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version