Home BERITA WKRI DPC Surakarta: Tetap Berkegiatan dan Selalu Netral

WKRI DPC Surakarta: Tetap Berkegiatan dan Selalu Netral

0
WKRI Cabang Surakarta: Kegiatan promosi ketahanan pangan.(FX Juli Pramana)

PRINSIP kehati-hatian dan observasi sebelum melaksanakan kegiatan menjadi “cara bertindak” Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI).

WKRI merupakan organisasi masa yang tergerak oleh keinginan luhur yang didasari oleh cinta kasih sebagai perwujudan iman Katolik. 

Organisasi WKRI memiliki visi terciptanya organisasi kemasyarakatan wanita Katolik yang mandiri, memiliki kekuatan moral dan sosial yang andal, demi tercapainnya kesejahteraan bersama serta tegaknya harkat dan martabat manusia.

Teladan yang ingin dihidupi adalah teladan Santa Ana hidup rukun, taat beribadah kepada Tuhan dan melakukan banyak perbuatan baik.

Berikut ini syering potret WKRI DPC Surakarta kegiatan dan tantangan yang dihadapi saat ini.

Keanggotaan WKRI

Saat ini, keanggotaan WKRI Cabang Surakarta boleh dikatakan menurun sekitar 15 % dari jumlah anggota. Sekarang tercatat ada 700 anggota terdaftar. 

Salah satu penyebab penurunan jumlah anggota karena WKRI dan paguyuban ibu-ibu semula menjadi satu. Dengan berjalannya waktu dan perkembangan paroki serta tertib administrasi organisasi WKRI, maka kemudian dipisah antara WKRI sebagai organisasi massa dengan paguyuban ibu-ibu di tingkat paroki.

Donor darah.
Melakukan kegiatan pelatihan merajut.

Motivasi menjadi anggota WKRI kebanyakan diawali dengan keinginan menambah pengalaman, belajar berorganisasi, menjalin komunikasi dengan teman dan setelah masuk ingin mengetahui lebih dalam tentang WKRI sebagai ormas.

Saat ini, keanggotaan WKRI Cabang Solo kebanyakan ibu-ibu yang berusia di atas 40 tahun.

Kenapa kebanyakan sudah “sepuh”?

Itu karena ibu-ibu muda  biasanya mengatakan masih sibuk dengan pekerjaan, mengurus anak dan keluarga, pulang sore dan penjelasan lain ketika diajak ikut dalam kegiatan WKRI.  

Program kegiatan

Beberapa kegiatan yang dilaksanakan WKRI Cabang Solo saat pandemi ini di antaranya pembagian sembako, hand sanitizer, donasi masker dan pakaian pantas pakai.

Selain itu, juga mendukung kegiatan ketahanan pangan dengan pembagian bibit lele dan benih tanaman sayur. Sasaran kegiatan ini adalah anggota dan masyarakat umum.

Saat ini, meskipun masih pandemi, dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan, tetap dilaksanakan pertemuan rutin dengan jumlah kehadiran pengurus dan anggota yang dibatasi.

Kegiatan rutin yang dilaksanakan sebelum masa pandemi pendampingan pendidikan TK Indriyasana di Solo.

Pendampinga bagi tenaga pendidikan.

Ada empat TK yang didampingi WKRI Cabang Surakarta, pemberian keterampilan merajut bagi ibu-ibu pengantar putra-putrinya yang menunggu belajar saat di sekolah di TK Indriyasana, melaksanakan kegiatan sosial donor darah, penyuluhan ketahanan pangan dan kegiatan kerohanian.

Kegiatan kerohanian sebelum pandemi yaitu perayaan ekarisi setiap empat bulan sekali di wilayah kerja ranting sesuai gereja paroki masing-masing WKRI ranting.

Pendampingan dan komunikasi

Saat ini, WKRI Cabang Surakarta menjalin komunikasi secara baik dengan DPP WKRI maupun DPD WKRI. Selain itu, kegiatan di tingkat cabang mendapatkan dukungan dari pengurus pusat dan pengurus daerah.

Beberapa waktu yang lalu DPC WKRI Cabang Surakarta menerima bantuan hand sanitizer, masker, ketahanan pangan yang diperuntukkan bagi anggota dan masyarakat. 

Bantuan dari DPD berupa bantuan gizi balita dan bu hamil.

Pembagian hand sanitizer.

Selain komunikasi dengan pimpinan pusat dan daerah pengurus cabang juga menjalin komunikasi dengan penasehat rohani baik untuk kegiatan kerohanian dan arah kegiatan sesuai AD/ART WKRI yang berlaku.

Saat ini, penasihat rohani WKRI DPC Surakarta adalah Romo Emanuel Nuwa MSF.

Ketua WRI DPC Surakarta Ibu Theresia Tuti Ambarwati kepada Sesawi.Net mengungkapkan pendampingan dari DPP, DPD dan penasihat rohani dirasakan sangat memberi dukungan dalam melaksanakan kegiatan, termasuk di antaranya mensosialisasikan pembuatan video sosialisasi mensukseskan pilkada dengan tetap berpegang pada prinsip WKRI tidak berafiliasi pada salah satu kontestan pilkada.

Tantangan yang dihadapi

Tantangan saat ini yang dirasakan WKRI Cabang Surakarta adalah kemampuan bisa merekrut anggota baru yang muda dan juga mempertahankan yang sudah ada.  Apalagi di masa pandemi ini.

Selain itu, juga menepis kekhawatiran dan kesan salah. Bahwa kegiatan yang dilakukan dikaitkan dengan agama. Padahal kegiatan yang dilakukan saat ini merupakan kegiatan kemasyarakatan secara umum yang tidak berujung pada kristenisasi.

“Meskipun kami menghadapi tantangan, namun kami tetap melaksanakan kegiatan dengan semangat. Kami memiliki motivasi bersama, anggota dan pengurus dapat bekerjasama dengan baik. Kegiatan yang dilaksanakan  tidak hanya untuk kalangan sendiri tapi juga untuk masyarakat umum.

Kami bersemangat karena ada rasa tanggung jawab untuk memperlihatkan wajah gereja ditengah masyarakat walaupun kenyataannya sulit. Namun ini menjadi semangat tersendiri bagi WKRI”, demikian Ibu Tuti mengungkapkan.

“Menjadi anggota WKRI tidak sulit, syaratnya adalah  wanita Katolik warga negara Indonesia berusia 18 th ke atas dan mendaftar dengan  sukarela menjadi anggota. Keanggotaan juga mencakup diaspora, WNI yang bermukim di luar negeri dapat  mendaftar langsung ke DPP”, tambah Ibu Tuti.

Kewajiban bagi anggota WKRI hanya dipunggut uang kegiatan Rp 2.200,00- per bulan.

Pengurus WKRI Cabang Surakarta.

Sumbangsih

WKRI mengupayakan memberi makna bagi anggota menumbuhkan dan menambah rasa  simpati dan empati pada sesama terutama yang membutuhkan, menambah pengalaman berorganisasi dan wawasan tentang  organisasi khususnya ormas katolik.

Bagi masyarakat,  ikut berperan dalam meningkatkan kesejahteraan bersama terutama dalam kegiatan sosial, terlibat dengan lembaga lain sebagai teman jejaring dan pemerintah.

Saat ini, WKRI Cabang Surakarta mempunyai 4 sekolah TK Indriyasana yang menerima siswa umum (tidak hanya Katolik) di bawah Yayasan YDI yang ikut berperan mencerdaskan anak bangsa sejak usia dini.

Sedangkan bagi Gereja, mengupayakan membawa wajah Katolik di tengah masyarakat.

Pernah mengalami konflik saat kegiatan?

Selama ini, WKRI Cabang Solo tidak pernah mengalami konflik untuk melaksanakan kegiatan, meskipun itu kegiatan untuk umum.

“Sebelum melaksanakan kegiatan kami melakukan prinsip kehati-hatian dengan melakukan observasi pendahuluan. Apakah kegiatan yang kami lakukan bisa diterima oleh kelompok anggota masyarakat atau tidak.

Jika kelompok anggota masyarakat menerima maka kegiatan akan kami lakukan, dan hasilnya semua menerima dengan kegembiraan” kata Ibu Tuti, Ketua Wanita Katolik RI DPC Surakarta.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version