Renungan Harian
15 Agustus 2021
Hari Raya St. Maria Diangkat Ke Surga
Bacaan I: Why. 11: 19a; 12: 1. 3-6a. 10ab
Bacaan II: 1Kor. 15: 20-26
Injil: Luk. 1: 39-56
“ROMO, saya mengalami pengalaman yang berat dan pahit ketika saya memutuskan menjawab “ya” atas tawaran Tuhan. Saya pasti bukan seperti Maria, tetapi saya merasakan itu sebagai tawaran Tuhan.
Romo, saya hamil di luar nikah dengan seseorang yang saya kagumi dan hormati. Ia adalah salah seorang tokoh dan panutan banyak orang.
Saat saya mengatakan kepada dia bahwa saya hamil atas perbuatan kami berdua, dia menyarankan agar saya menggugurkan kandungan saya. Ia beralasan bahwa itu adalah jalan yang terbaik untuk menjaga martabat dirinya.
Karena kalau sampai itu ketahuan banyak orang, maka nama besar dia sebagai tokoh dan panutan banyak orang akan jatuh.
Romo, saat itu saya amat kecewa.
Ia yang selama ini saya kagumi, seorang tokoh dan panutan banyak orang, justru menganjurkan untuk pengguguran sementara dia tahu bahwa itu adalah anaknya.
Romo, itulah awal pergulatan saya.
Saya menerima saran dia atau saya berani mengambil risiko menjadi orangtua tunggal bagi bayi yang saya kandung.
Risiko terberat adalah pandangan orang tentang diri saya, perempuan hamil tanpa suami.
Dalam perjalanan pergulatan, saya akhirnya berani membuat keputusan untuk tidak menggugurkan kandungan saya apa pun risikonya.
Perjalanan panjang yang penuh penderitaan. Saya mengalami kesepian, resah, risau dan sungguh-sungguh depresi.
Untunglah saya sempat “menyingkir” ke sebuah biara yang menampung korban seperti saya.
Saya bertemu dengan teman senasib dan perjumpaan dengan pembimbing di sana membuat saya bisa melihat sedikit cahaya dalam hidup saya.
Dan akhirnya saya menemukan cahaya dan terang bagi hidup saya justru dalam diri anak yang saya lahirkan.
Betul bahwa dengan kelahiran anak tidak berarti menghapus semua penderitaan, melainkan justru awal penderitaan baru.
Namun demikian entah mengapa, melihat dan merawat anak saya, saya menemukan kekuatan dan cinta yang mendalam.
Cinta yang membuat hidup saya jauh lebih berarti yang mengatasi segala penderitaan. Cinta yang memberikan energi luar biasa untuk tidak gamang menghadapi hari-hari saya ke depan,” seorang ibu berkisah tentang hidupnya.
Pengalaman ibu itu membuat saya memahami bagaimana Bunda Maria begitu kuat menghadapi begitu banyak penderitaan sejak menjawab “ya” atas tawaran Tuhan.
Kiranya kehadiran bayi Yesus telah memberikan cahaya dan cinta yang luar biasa yang memberikan kekuatan untuk melalui semuanya.
Bagaimana dengan aku?
Apa yang menjadi cahaya dan sumber kekuatan bagi perjalanan panggilan dan perutusan hidupku?