LIEM Tjay ikut jalan salib di Gereja St. Maria Imakulata Banyumas. Baru kali ini Liem Tjay sangat tersentuh dan terusik dengan renungan Jalan Salib di masa Prapaskah.
Ketika petugas dan misdinar pada Perhentian 2 membacakan renungan:
“Para serdadu mengayam sebuah mahkota duri dan meletakkannya di kepala Yesus. Setelah diolok-olok, Yesus dibawa keluar, sebuah salib besar diletakkan di atas bahu-Nya. Yesus menerima beban itu dengan rela dan cinta. Betapa pahit piala yang harus diminum-Nya.”
Liem Tjay tersentak sejenak dengan kata “Yesus diolok-olok” dan mencoba masuk permenungan lebih dalam tentang makna “diolok-olok”
Matius 27: 29-31
“Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: ‘Salam, hai raja orang Yahudi.’ Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia, mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan.”
Diolok itu sungguh hina
Liem Tjay masuk dalam kontemplasi bagaimana Yesus mengalami perlakuan “diolok” di depan massa yang sangat membenci-Nya.
Memang sejak dulu Yesus bukanlah seorang yang sangat kaya. Terpandang. Atau pun seorang pejabat pemerintahan yang begitu dihormati. Bahkan Yesus hanyalah seorang anak tukang kayu yang lahirnya pun bukan di tempat mewah, tetapi di kandang yang hina.
Sederhana dan memang sederhana sekali.
Ketika Yesus masuk dalam suasana massa yang kacau dan memanas, diri-Nya dipandang lebih hina dari seorang penjahat.
Ketika Pilatus memberikan opsi siapa yang akan dibebaskan: apakah Yesus dari Nazaret itu ataukah Barabas seorang penjahat yang kejahatannya sudah sangat terkenal?
Saat itu, Pilatus berkata, “Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas (seorang penjahat) atau Yesus yang disebut Kristus?”
Sekali lagi Pilatus berkata, ”Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?”
Kata mereka: “Barabas.”
Ya begitulah opsi yang dipilih oleh massa. Betapa Barabas lebih berharga bagi mereka daripada Yesus.
Yesus dianggap lebih hina dari seorang penjahat. Mereka lebih senang membebaskan seorang Barabas yang terkenal dengan kejahatannya daripada Yesus.
Bukan hanya itu saja penghinaan yang diterima Yesus. Ketika disalibkan pun diri-Nya masih menerima hinaan dengan diberikan cawan anggur asam. Bahkan pakaiannya pun dibagi-bagi sesama mereka.
Sungguh hina bukan?
Yesaya menjelaskan lebih jauh mengenai penampilan Kristus saat Dia dicambuk, waktu sebelum disalibkan.
“Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia–begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi.“ (Yes 52:14).
Firman ini menggambarkan betapa hebatnya penderitaan yang harus Dia tanggung hingga Dia tidak terlihat seperti manusia lagi (Mat 26:67, 27:30; Yoh 9:3).
Penampilannya terlihat menyedihkan hingga membuat orang-orang tertegun melihatnya.
Liem Tjay pun tertegun memandang dan menatap wajah Yesus.
Sungguh hina dan merana. (Berlanjut)
Baca juga: Sonya Anak Panti Alami Trauma karena Diolok Anak Haram Jadah (2)