Puncta 12.02.23
Minggu Biasa VI
Matius 5: 17-37
ORANG yang datang membawa semangat pembaharuan selalu akan menghadapi perlawanan. Biasanya akan muncul dua kelompok yang saling berhadapan; Kelompok pembaharu dan mereka yang ingin mempertahankan status quo.
Ada contoh bagus dari Novel Noli Me Tangere karangan Jose Rizal. Saya kutipkan dialog antara Elias dan Chrisostomo Ibarra, tokoh utama dalam novel itu:
ELIAS mengundang Don Chrisostomo Ibarra ke perahunya. Ia ingin berbicara dengan pemuda keturunan tuan tanah yang kaya raya itu tentang sebuah gagasan.
Matahari sudah terbenam. Dan karena di daerah khatulistiwa hampir tak ada senja, bayang-bayang menyebar menyambut sinar bulan. Filipina mulai dibungkus malam.
“Tuan,” Elias mulai bicara dengan nada menyedihkan, ketika perahu sudah jauh dari pantai, “saya ini utusan orang banyak yang tidak beruntung.”
“Dapatkah aku melakukan sesuatu untuk mereka?”
“Banyak, Tuan, lebih banyak dari siapa pun juga.”
Lalu Elias pun bercerita singkat tentang percakapannya dengan pemimpin “orang-orang yang tak dilindungi undang-undang”.
Mereka ini, kata Elias, menghendaki agar pemerintah kolonial Spanyol di Filipina mengadakan pembaharuan. Pembaharuan? Dalam arti yang bagaimana?” tanya Ibarra.
Dalam arti “lebih menghormati martabat manusia,” jawab Elias.
“Lebih menjamin keamanan perseorangan, lebih mengurangi kekerasan angkatan bersenjata, lebih mengurangi hak-hak istimewa bagi organisasi-organisasi yang sangat mudah menyalahgunakannya.”
Ibarra mengerti.
Ibarra adalah personifikasi dari si pengarang sendiri. Ia ingin membaharui nasib bangsa Filipina yang dijajah oleh pemerintah Spanyol dan Gereja Katolik.
Ibarra menghadapi perlawanan dari Kapitain Tiago, penguasa militer dan Pastor Damasso, pimpinan Gereja.
Yesus menghadapi orang-orang atau kelompok yang tidak menerima kehadiran-Nya. Kelompok radikal Yahudi menyangka Yesus datang untuk meniadakan Hukum Taurat.
Maka Dia berkata, “Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat dan kitab para nabi.”
Yesus berusaha meluruskan maksud kedatangan-Nya di dunia. Yesus menegaskan bahwa Dia datang untuk menggenapi Hukum Taurat dan kitab para nabi.
Yesus menggenapinya dengan melaksanakan hukum cinta kasih. Yesus membawa pembaharuan hidup bagi bangsa-Nya.
Yesus juga meluruskan penafsiran-penafsiran salah dan kaku dari kaum Farisi dan para ahli kitab. Mereka tidak memberi contoh baik dalam mentaati Hukum Taurat.
Yesus mengingatkan, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”
Tidak mudah berjuang menuju ke hidup yang lebih baik, kita akan menghadapi banyak tantangan dan perlawanan, salah paham dan penindasan, terror, fitnah dan intimidasi.
Yesus juga mengalami perlawanan itu dari kaum agamawan, ahli kitab dan penguasa Romawi waktu itu.
Beranikah kita tetap teguh memperjuangkan kebenaran dan kebaikan? Siapkah kita menghadapi fitnah, kebencian dan intimidasi dari mereka yang tidak menyukai?
Ke Palembang lewat Prabumulih,
melintasi desa dan hutan belantara.
Yesus datang bawa hukum kasih,
kita dipanggil untuk mewartakannya.
Cawas, bersemangat “magis