Yesus Si Roti Hidup (1)

0

MULAI minggu ini kita akan merenungkan dialog panjang antara Yesus dengan orang-orang Yahudi sekitar roti hidup. Mereka yang sudah menikmati roti yang secara mukjijat digandakan oleh Yesus, sekarang mencari Dia di Kafarnaum. Ada beberapa alasan mereka mencari Yesus. Alasan pertama adalah mencari roti, kebutuhan hidup. Tetapi juga mencari pengalaman luar biasa, cari sensasi, menonton mukjijad.

Alasan lain adalah hendak menjadikan Yesus pemimpin mereka membebaskan mereka dari penjajah Roma. Yesus mengajak mereka melihat tanda, yaitu kehadiran Allah, seperti yang nampak pada Kisah Keluaran. Allah memberi nenek moyang bangsa Yahudi manna, roti dari surga, sebagai tanda Kehadiran Allah yang menyertai bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun. Tetapi orang-orang yang mengalami mukjijat penggandaan roti dari Yesus, malah melupakan peristiwa penggandaan roti dan minta tanda; mereka menolak Yesus sebagai tanda kehadiran Allah dalam hidup mereka.

Mengalami mukjijat itu bagi banyak orang merupakan keberuntungan, hadir pada saat yang tepat dan tempat yang tepat. Datang pada suatu acara penyembuhan, maka kita mungkin akan menyaksikan atau mengalami mukjijat. Tidak semua orang sempat mengalami mukjijad, tetapi semua orang mencari berkat.

Mukjijat dan berkat seperti itu bukan monopoli orang Kristen. Banyak orang dapat melakukannya. Dan semua orang mencarinya. Mengapa demikian? Berkat adalah keuntungan. Lawan dari berkat adalah musibah, ketidak nyamanan, yang kita lihat sebagai tanda tidak adanya berkat. Padahal Yesus mengajak kita melihat: mengalami berkat seperti orang-orang Yahudi yang dapat makan secara luar biasa, itu adalah tanda bahwa Tuhan menyertai.

Tapi seperti orang Yahudi juga, seringkali kita lebih mementingkan hasil. Tuhan mau menyertai, itu baik. Tapi yang penting, jangan biarkan saya mengalami susah dan tidak enak. Kalau saya menderita, buat apa Tuhan menyertai? Jadi bagaimana menerima berkat dapat menjadi tanda mengalami penyertaan dalam hidup yang mengubah diri kita?

Ada seorang anak muda bernama Dewa memberi kesaksian begini: ia berasal dari keluarga kaya. Waktu SMP ia sekolah naik Ferarri. Dia juga cerdas, umur 15 tahun sudah lulus SMA dan disekolahkan orang tuanya di Inggris. Disana ia menemukan buku: “THE PURPOSE DRIVEN LIFE” nya Rick Warren. Ada bab yang menarik perhatiannya:  “What Makes God Smile?” Sebuah pertanyaan besar yang memenuhi hati anak muda itu. Tak pernah terbayangkan bahwa Tuhan bisa tersenyum.

Ia pulang ke Indonesia; dia berusaha mencari jawaban dengan pergi ke gereja, membaca buku-buku kristen tapi masih belum bisa meyakinkannya. Dalam pergumulan atas pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi batinnya, ia berkata “Tuhan jika Engkau benar-benar nyata tunjukan diri-Mu..” Saat itu tiba-tiba ada suara yang sangat lembut berkata “Son, it’s Me…” yang membuat  air matanya mengalir tak tertahankan. Ia melihat sebuah sinar yang sangat menyilaukan hingga membuat ia tertunduk dalam tangisannya.

Tapi saat itu ia masih juga tidak percaya dan berpikir bahwa semua hanya halusinasi. Tapi suara lembut itu terus berulang hingga empat kali. Akhirnya Dewa percaya. Tuhan menyatakan kepada Dewa bahwa Ia adalah Bapa. Suatu sebutan yang tidak pernah dia kenal dan dia ketahui sebelumnya. Hari itu Dewa mengambil keputusan untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Babak baru kehidupannya pun dimulai. bersambung

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version