Besar harapannya di Jakarta ia bisa mendapat bantuan dari teman-teman lamanya di sekolah dulu. Tapi ternyata keluarganya telah menghubungi semua teman-temannya di Jakarta supaya tidak memberikan pertolongan. Tidak ada seorangpun yang bisa diandalkan. Ia terpaksa tidur di jalanan, di emper-emper toko, beratapkan langit dan berselimutkan udara malam nan dingin.
Tapi kenapa Dewa bisa bertahan tinggal di jalanan dan tidak kembali kepada kehidupan lamanya yang berkelimpahan? Kasih yang luar biasa kepada Yesus memberinya kekuatan untuk tidak memandang kepada semua masa lalunya. Dia rela menukar segala haknya dalam kehidupan yang lama demi keselamatan dalam kasih Kristus.
Sampai suatu hari Dewa mulai melihat Tuhan mulai menyingkapkan rencanaNya dalam hidupnya. Dewa berkenalan dengan seorang Hamba Tuhan. Beliau yang menampung Dewa dan mengangkatnya sebagai anak rohaninya. Dewa pun diberikan pelajaran Alkitab dan disekolahkan di Sekolah Misi di Surabaya.
Di tempat inilah karakter rohaninya dibentuk dan dipersiapkan untuk panggilan Tuhan dalam hidupnya. Di penghujung masa perkuliahannya, karena mudah ketularan penyakit dari teman-temannya, Dewa diminta untuk memeriksakan diri ke dokter. Dan 3 hari sebelum dia diwisuda di Sekolah Misi tersebut, ia divonis menderita HIV/AIDS, akibat gaya hidup di masa lalu.
Dewa memang pernah terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan narkoba. Ia menghubungi ke-empat temannya waktu dulu yang pernah berbagi jarum suntik, dan mereka semua pun terkena penyakit yang sama. Apakah ia menjadi pahit hati dan mundur dari Tuhan?
Tidak. Penyakit yang dideritanya ini justru memberikan kerinduan di dalam hatinya untuk melayani orang-orang yang senasib dengannya. Banyak tempat dia kunjungi seperti Myanmar, India, sampai ke negara Afrika untuk menjadi motivator bagi penderita HIV/AIDS. Ketika balik ke Jakarta kehidupan pun telah membaik. Memiliki saudara-saudara seiman yang mengasihinya, hidupnya mulai nyaman.
Suatu saat Dewa melihat daerah-daerah yang kumuh, dan ia merasakan ada suatu panggilan dalam hatinya. Ia merasa harus melakukan sesuatu, harus keluar dari zona nyaman, dan memenuhi panggilan Tuhan yang sesungguhnya. Dewa menukar kenyamanan hidup yang mulai dirasakannya demi menggenapi rencana Tuhan. Ia meninggalkan tempat kosnya yang nyaman dan menukarnya dengan mengontrak di tempat yang kumuh di Roxy demi bisa melayani orang-orang yang terpinggirkan.
Bersama beberapa teman-temannya dari Facebook, Dewa mendirikan HOME (House of Mercy), untuk melayani anak-anak tidak mampu di daerah Jakarta Barat. Di daerah tempat kumuh inilah, tanpa ragu, saat ini Dewa tinggal untuk mengajar, memberikan berbagai bantuan untuk warga sekitar.
Teladan baik dia berikan, bukan hanya sesekali datang mengajar, bahkan ia rela tinggal di tempat yang kumuh itu. Berbaur menjadi satu dengan orang-orang yang miskin. Dewa melakukannya dengan segenap hatinya. bersambung
ARTIKEL TERKAIT