Puncta 18.08.22
Kamis Biasa XXI
Matius 22: 1-14
DULU saya punya kaos dari Joger dengan tulisan, “You can see so much in me.”
Tentu saja kaos itu model singlet yang tidak menutupi anggota badan, bahkan bulu ketiak kelihatan dengan jelasnya.
Seolah memang mau menunjukkan anggota badan yang kekar, nampak gagah.
Lalu saya pernah membaca sebuah tulisan di depan pintu sebuah gereja, terpampang peringatan kepada seluruh umat yang datang mengikuti perayaan ekaristi.
“Dilarang memakai baju “You can see”, kaos oblong, sandal jepit atau celana pendek. Ada peringatan lain, “Masuk gereja, topi harap dilepas”.
Peringatan-peringatan itu bertujuan untuk menjaga kekhusukan ibadat, tata kesopanan umat, dan tidak menimbulkan batu sandungan bagi yang lain.
Jelaslah kaos “You can see so much in me” tidak cocok dipakai ke gereja.
Bacaan Injil hari ini menceritakan Kerajaan Allah yang diumpamakan seperti undangan pesta perkawinan.
Allah sebagai tuan rumah mengundang semua orang. Tetapi banyak dari kita terlalu menyibukkan diri sehingga tidak menggubris undangan itu.
Ada banyak alasan; ada yang pergi ke ladang, ada yang mengurus usahanya, bahkan ada yang menolak undangan itu dengan menangkap para hamba si empunya pesta.
Itu menjadi gambaran kita yang sibuk dengan urusan duniawi sampai tak memikirkan hal-hal surgawi.
Orang zaman sekarang hanya memikirkan apa yang nampak di depan mata. Orang hanya sibuk dengan urusan sesaat saja. Tak mau sibuk-sibuk dengan hal-hal rohani.
Hidupnya terasa kering. Tak ada penyejuk rohani yang memberi daya kekuatan. Hidup menjadi hambar. Orang hanya mencari sesuatu yang dangkal-dangkal saja.
Akhirnya semua orang yang dijumpai di pinggir jalan diundang masuk ke pesta. Orang jahat dan orang baik. Semua dibawa ke dalam pesta.
Ada orang yang tidak berpakaian pesta. Mereka tidak layak dan diusir keluar.
Sebuah perjamuan menuntut kelayakan sebagai persyaratan. Minimal orang harus berpakaian layak untuk pesta.
Orang harus bisa menyesuaikan diri dengan suasana pesta.
Ada syarat-syarat agar bisa diterima dalam perjamuan. Kalau tidak, kita harus pulang dengan gigit jari.
Mengikuti perjamuan Tuhan harus dengan pakaian yang pantas. Jangan hanya berbaju sembarangan seperti orang mau jalan-jalan atau piknik saja.
Kelayakan berpakaian itu menunjukkan bahwa kita sadar tengah ikut perjamuan Tuhan.
Marilah kita berpakaian yang sopan kalau kita mengikuti perjamuan Tuhan.
Marilah kita memperlayakkan diri di hadapan Tuhan.
Ada pepatah berkata, “Ajining diri gumantung ana ing kedhaling lathi. Ajining raga gumantung ana ing busana.”
Artinya, harga diri seseorang tergantung dari tutur wicaranya, nilai tubuh kita tergantung bagaimana kita berbusana.
Marilah kita berbusana dan bertutur kata yang baik, agar kita diterima di lingkungan hidup kita.
Bocah cilik menggoyang istana,
Berjoget bersama para menteri.
Jika sopanlah kita bertutur kata,
Semua orang akan menghargai.
Cawas, wong kongene dibanding-bandingke, disaing-saingke ya mesti kalah…