Home LUMBUNG GAGASAN Yue Yue dan Orang Samaria yang baik (2)

Yue Yue dan Orang Samaria yang baik (2)

0

MENGAMATI kasus tewasnya Yue Yue yang miskin perhatian dari sesamanya itu, saya lalu teringat perumpamaan tentang Orang Samaria yang baik.  Dalam Kitab Suci, teks itu berbunyi sebagai berikut:

Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”

Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”

Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”

Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?”

Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.

Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.

Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” (Lukas 10:25-37)

Orang Samaria yang baik

Dari apa yang tertulis di Kitab Suci, terlihat bahwa orang yang terluka itu tidak ditolong oleh imam ataupun Lewi yang hanya melewatinya begitu saja. Malah seseorang yang tidak diharapkannya akan menolong, malah menjadi Si Penyelamat dalam kasus ini. Orang Samarialah yang menolongnya. Mungkin perlu kita lihat sedikit latar belakang Kitab Suci perikop tersebut sebagai berikut:

Kemungkinan Yesus mengajar dengan perumpamaan dengan maksud mengoreksi kebiasaan kesalehan yang palsu yang dilakukan oleh orang- orang pada zaman itu. Menurut Hukum Taurat, persentuhan dengan jenazah menjadikan seseorang najis secara hukum, sehingga perlu menjalani ritual pemurnian (lih. Bil 19:11-22, Im 21:1-4, 11-12).

Hukum- hukum ini bukan dimaksudkan untuk mencegah orang- orang menolong orang yang terluka; tetapi hukum itu ditujukan untuk alasan kesehatan dan penghormatan kepada orang mati. Penyimpangan para imam dan orang Lewi pada perumpamaan ini adalah, mereka yang tidak tahu apakah orang yang dirampok itu sudah mati atau belum, sengaja memilih untuk menerapkan interpretasi yang keliru terhadap hukum ritual -yang merupakan hukum yang sekunder- dan malah mengabaikan hukum yang lebih utama, yaitu mengasihi sesama dan memberikan bantuan yang diperlukannya. (Navarre Bible, St. Luke) 

Sekarang, mari kita berandai-andai:  Terlepas dari bagaimana sikap ke-18 orang yang tidak memedulikan Yue Yue, akankah kita bersikap sama seperti mereka, atau akankah kita menolong Yue Yue?

Tak jarang, di saat semua serba mendidih seperti saat ini, orang-orang dengan mudahnya menuding ke-18 orang tersebut. Tetapi, jangan-jangan, jika itu terjadi di depan mata kita, akankah kita berlaku sama seperti mereka? Yesus sudah memberikan perumpamaan yang mengutamakan kasih lebih dari peraturan. Kasih, pertolongan kepada mereka yang memerlukan bantuan, nyawa manusia, adalah lebih penting dari hukum yang menyatakan bahwa menyentuh orang yang terluka atau jenazah adalah najis (berdasarkan penjelasan Navarre Bible).  

Teladan Kristus, Sang Orang Samaria yang baik hati, harus menjadi inspirasi bagi sikap orang beriman, mendorongnya untuk “dekat” kepada saudara dan saudarinya yang menderita, melalui penghormatan, pengertian, penerimaan, kelemahlembutan, belas kasihan dan kesediaan tanpa pamrih.

Adalah masalah memerangi ketidakpedulian yang membuat tiap-tiap orang dan kelompok dengan egonya menarik diri ke dalam diri mereka sendiri. Sampai akhir, “keluarga, sekolah dan institusi- institusi pendidikan harus, jika untuk alasan-alasan kemanusiaan, bekerja keras demi membangunkan kembali dan menyempurnakan rasa peduli terhadap sesama dan penderitaannya.”.

(Paus Yohanes Paulus II dalam ensikliknya Christifideles laici, Salvifici doloris seperti dikutip dalam khotbahnya di Peringatan ke-8 World Day of the Sick di Roma 11 Februari 2000.) —(Bersambung)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version